Jumat, 01 April 2011

Bisma SM*SH punya cewek??

     Cowok dengan kaos putih dan calana jins panjang itu melajukan motor cagivanya dengan cepat. Cepat sekali hingga sulit untuk dihentikan. Ia melintasi jalanan Kota Jakarta yang sepadat spongecake dengan kecepatan diatas rata-rata karena ia sedang terburu-buru supaya nggak terlambat ke bioskop janjian dengan teman-teman ganknya. Waktu janjiannya sih, jam tujuh malem, tapi sekarang udah jam tujuh seperempat. Sebenernya nggak apa sih, kalau dia telat, palingan disuruh makan spaghetti lima porsi. Lewat hidung, hehee… Okelah, nggak sesadis itu kok, palingan dijitak sama anak-anak.
     Cowok itu namanya Bisma, seorang dancer dan rapper yang tergabung bersama enam orang cowok lainnya yang bernama SM*SH. Bentuk band mereka bukan sekadar band biasa seperti band-band lainnya di Indonesia yang sudah menjamur ke pelosok negeri. Mereka tergabung dalm satu kelompok, yaitu boyband. Boyband jenis mereka lebih mirip vocal group daripada para dancer, soalnya nggak di setiap acara manggung mereka ada acara dancenya. Anggota boyband yang lain yaitu Morgan, Reza, Rafael, Rangga, Dicky, dan Ilham. Diketahui kalau Reza udah punya pacar, sedangkan yang lain belum. Cowok satu ini nggak doyan dandan, jadinya ya, dia member yang paling kucel mukanya. Tapi meski begitu, fansnya banyak juga loh! Yang paling banyak malah! Siapa lagi kalau bukan Bisma Karisma? Wow, namanya aja ada kata ‘Karisma’, ya karismanya tinggi dong. Kesian amat kalau keberatan nama.
     Bisma tiba di sebuah persimpangan yang cukup ramai dengan pejalan kaki tetapi sedikit akan pengendara motor sedangkan dia memakai motor. Cagivanya melaju terlalu cepat dan sulit dihentikan. Permainan itu berlangsung dengan cepat sehingga saat itu pandangannya kabur dan tanpa sadar ia telah jatuh terduduk di tanah beraspal. Ia dikelilingi banyak orang. “Aduuhh…,” rintih seseorang di sampingnya. Ia menengok ke kanan dan mendapati seorang cewek sedang menekuk lututnya yang berdarah. Bisma kaget dan segera memapah cewek itu berdiri.
     “Maaf ya,” kata Bisma lirih. Kerumunan orang segera bubar dengan sendirinya. Mungkin menurut mereka yang penting semuanya selamat dan nggak ada korban jiwa. Bisma menengok kanan-kiri dan mendapati bioskop yang ditujunya ada di ujung jalan. Cewek itu berjalan tersuruk-suruk menuju bawah pohon sedangkan Bisma menegakkan posisi motor kesayangannya di samping cewek yang tadi ditabraknya. “Maaf soal tadi, gue buru-buru.” Bisma masih saja meminta maaf karena ia nggak bisa berbuat apa-apa melihat cewek di sebelahnya meniup-niup lukanya. Bisma mulai gugup karena cewek di sampingnya itu hanya diam saja. Mungkin kalau diajak kenalan di mau bicara, piker Bisma. “Hai, gue Bisma. Nama lo siapa?” Cewek berambut panjang lurus tergerai itupun menoleh ke arah Bisma sambil  menyelipkan rambutnya ke balik rambutnya. “Oh, gue Billa. Thanks  buat lukanya,” katanya ketus. Sepertinya ia marah pada Bisma yang nggak sengaja menabraknya dan dilihat banyak orang. Bisma salah tingkah karena tidak tahu harus melakukan apa. Ia pun hanya diam sambil menatap luka gadis di sampingnya itu. “Ngapain liat-liat?” Tanya Billa ketus. Ia masih marah pada Bisma. “Yaa kan, gue cuma mo mastiin lo baek-baek aja. Eh, udah ditolongin  elonya malah sewot!” Bisma mulai sebal dengan tingkah cewek di hadapannya itu. Udah ditolongin bukannya bilang “terima kasih” malah nyolot gitu. Tapi Bisma baru nyadar kalau memang dirinya yang salah telah menabrak Billa setelah gadis itu melotot dengan mata yang hamper copot dari tempatnya. Sepertinya ia marah besar. “Heh, elo tuh yang salah! Main tabrak orang aja. Bukannya minta maaf malah nyalahin orang yang ditabrak! Nggak punya perasaan banget sih, lo!” “Heh, cewek belagu! Gue tadi udah minta maaf, makanya punya teling tuh dipake!” kata Bisma sambil menarik telinga kanan cewek itu. Wajah Billa memerah menahan marah, tapi akhirnya cewek itu menyerah dan berjalan tersuruk-suruk ke arah bioskop yang sama yang dituju Bisma. “Cih, dasar cewek aneh,” gumamnya.  Bisma beranjak dari duduknya dan akan menaiki motor cagiva merah kesayangannya ketika matanya menatap gerombolan cewek yang tengah saling berbisik sambil meliriknya. Ia tahu arti lirikan itu, seketika itu juga ia melajukan motornya ke arah parkiran bioskop. Tapi, sebelum sampai di parkiran, ditariknya lengan cewek yang ditabraknya tadi. Cewek itu berlari mengejar tangannya yang dipegang erat oleh Bisma sambil misuh-misuh nggak keruan. Sampai di parkiran bioskop yang berjarak sepuluh meter dari tempat Billa berdiri, Bisma langsung memarkirkan motornya dan melesat ke dalam gedung bioskop sambil tak lupa terus memegang—mencengkeram tepatnya—tangan Billa. Cewek itu sangat kesakitan tapi diam saja karena mereka sudah ada di dalam gedung yang banyak orang sehingga mau tak mau harus menutup mulut agar nggak dimarahi orang-orang. Dengan bibir manyun Billa mengikuti Bisma ke sebuah tempat duduk. Ia bahkan nggak harus cek tiket buat nonton film. Asalkan bersama cowok satu ini pasti boleh masuk, tapi Billa nggak tahu kenapa dibolehin. Tapi dia bersyukur aja karena meski terluka menyakitkan di lututnya dan nggak segera diobati, dia bisa nonton film bagus langsung dari gedung bioskop tanpa membayar sepeserpun.  Billa adalah cewek yang gila nonton film, makanya kalau diajak nonton film, pasti dia yang paling awal tunjuk tangan. Sayangnya, kebiasaan itu nggak dibolehin sama orangtuanya karena takut putrid mereka satu-satunya terjerumus ke dalam hal-hal nggak berguna seperti menghambur-hamburkan uang hanya untuk nonton film yang nggak dimengerti sama mereka, karena rata-rata film yang ditonton Billa adalah jenis film action yang lebih banyak mayat dibanding aksi tembak-tembakan. Makanya, meskipun lututnya kini sedang berdarah, tapi ia senang karena diperbolehkan masuk bioskop tanpa bayar sepeser pun dan hanya diharuskan duduk manis menonton film yang diputar. Ternyata Bisma telah ditunggu oleh teman-temannya yang nggak dikenal Billa. Tapi sepertinya wajah-wajah itu familier. Selama beberapa detik mereka berkenalan, akhirnya Billa tau kalau temen-temen Bisma itu member sebuah boyband baru di Indonesia yang dikenal dengan nama SM*SH. Billa baru ingat kalau ternyata cowok dengan cagiva merah yang menabraknya beberapa menit yang lalu adalah salah seorang anggota boyband Indonesia itu. Bisma. Seorang member lainnya yang bernama Reza masih SMA, dan di membawa pacarnya yang juga masih satu tingkat dengannya, namanya Ella. Billa pada awalnya sebal karena Bisma menceritakan awal pertemuannya dengan cowok itu yang sangat nggak enak. Mulai dari Bisma yang nolongin tapi nggak ikhlas, sampai acara nyolot-nyolotan mereka berdua diperagakan persis oleh Bisma tanpa kurang sepenggal pun. Mungkin Bisma ini anaknya terbuka SEKALI ya, piker Billa sebal karena aibnya bersama Bisma terbongkar tanpa embel-embel manis sedikit pun. Film yang ditunggu akhirnya diputar juga. Judulnya Final Destination 4. Katanya sih seru dan penuh badan yang mati sadis. Ketika menonton film itu, banyak orang yang menjerit ketika darah mulai muncrat, tapi Billa bukan cewek seperti itu. Ia hanya mendelik memelototi badan yang semakin memuncratkan organ-organ dalam tubuhnya. Ia jijik tapi juga tertarik. Mungkin dua jam film itu selesai, dan tepat ketika nama-nama pemain bergiliran tertera, Billa merasakan sakit yang sangat menyakitkan di lututnya. Dilihatnya lututnya ketika lampu telah dinyalakan kembali, ternyata darah sudah mengucur sangat banyak dari lututnya. Semua teman-teman Bisma panik, tak terkecuali Ella yang menjerit tertahan menyaksikan darah untuk yang kesekian kalinya. Tiba-tiba Billa merasakan pening di kepalanya. Dan tak lama kemudian ia pingsan. ∞∞∞ Billa membuka matanya perlahan dan melihat sekelilingnya bernuansa putih. Ia sangat mengenali tempatnya berada kini. Rumah sakit. Ia menengok ke kanan dan mendapati seseorang tidur di tepi ranjangnya sambil tertelungkup. Ia duduk di kursi. Sepertinya Billa mengenal orang yang sedang tidur itu, tapi ia nggak bisa mengingat namanya. Dipukulnya punggung orang itu dengan lembut tiga kali. Dua detik kemudian orang itu terbangun. Billa kaget, ternyata itu Bisma. Bisma mengucek matanya perlahan, mecoba memfokuskan penglihatannya pada gadis di depannya. “Oh hai, udah sadar, ya?”tanya Bisma, lalu menguap lebar. Billa tersenyum. “Lo nungguin gue?” Dengan muka mengantuk, Bisma mengangguk. “Thanks. Emangnya lo nggak manggung?” “Udah dari tadi selesainya. Lo sih, tidur terus.” Tangan kiri Bisma terulur menyentuh dahi Billa. “Masih panas.” “Tadi gue kenapa?” “Lo pingsan. Tau nggak, gue panik banget liat lo pingsan. Lo kok nggak bilang ma gue kalau kaki lo berdarah, sih? Lo juga udah nunggu dua jam buat nonton film pula! Gue ngerasa nggak enak banget ma lo, jadi—“ “Udahlah, guenya juga kok yang salah, jalan nggak liat-liat.” Setelah kalimat tadi terucap dari bibir manis Billa, ruangan itu hening. Mungkin selama lima menit hening, lalu pintu ruangan itu terbuka lebar. Beberapa orang cowok dan seorang cewek berhambur memasuki ruangan serba-putih itu. “Hai, Billa,” seru salah seorang dari beberapa cowok itu. Billa sulit menghafal keseluruh nama cowok-cowok itu, karena, yah, dia baru saja pulih dari pingsannya. Makanya, Billa hanya bisa memandang cowok yang berseru riang tadi dengan pandangan bingung. Tapi cowok itu bisa mengartikan pandangan Billa karena ia berkata,”Lo pasti nggak inget gue. Nama gue Rangga.” Oh, namanya Rangga, batin Billa agak sebel dengan tingkah laku Rangga yang kekanak-kanakan. Rangga bertubuh lumayan besar, pipinya tembam, dan gaya rambutnya lebih mirip jamur tiram. “Hai,” balas Billa singkat. Ia nggak mau mebuang-buang suaranya hanya untuk perkenalan konyol seperti ini. “Oya, Bisma tadi yang paling panik liat lo pingsan lho. Bilang “makasih” dulu gih, sama dia!” Billa menengok untuk menatap Bisma, tapi yang ditatap malah pura-pura nggak dengar. Cowok itu berdiri memunggungi Billa dengan cuek. “Ciee… Bisma salting!” sembur Rangga nggak capek-capek ngejekin Bisma yang sedang salah tingkah itu. Sedangkan anggota SM*SH yang lainnya, juga Ella hanya nyengir lebar, senang dengan reaksi Bisma yang malu. Karena dengan begitu, mereka telah mendapatkan bahan ejekan baru untuk Bisma yang wajahnya mirip zombie. Billa tersenyum lembut. “Makasih ya, Bisma,” katanya lirih. Bisma berbalik dan tersenyum kecut. Bukan karena ia malas mendengar kata “thanks” berulang kali dari bibir Billa, tapi karena ia malu diliatin temen-temennya yang suka nakal ngerjain dia dan cewek yang bersamanya. Dulu pernah, Bisma ngajak sahabatnya ke basecamp SM*SH, tapi malah dikiranya pacaran. Nah, sahabatnya Bisma tadi nggak mau deket-deket member SM*SH lainnya—mungkin marah—dan karena dia juga nggak mau beneran pacaran sama Bisma. Padahal Bisma telah menaruh hati pada cewek itu, tapi malah ditolak-secara halus tapi rasa nyerinya lebih menyakitkan. Billa berada di rumah sakit semalaman dan biaya rumah sakit ditanggung member SM*SH, karena nggak mungkin dong, Bisma nanggung sendirian, bisa tekor dia! Tapi ejekan masih terus berlanjut, mulai dari SMS sampai kartu ucapan yang pura-pura dikirim lewat Pak Pos hingga sampai di depan rumah Bisma selama seminggu penuh! Meski tersinggung, Bisma nggak bisa melakukan apa-apa kecuali satu hal, yaitu membuat teman-temannya tertipu setengah mati! Bisma tertawa dalam hati memikirkan rencana konyol itu. Dia nggak yakin dengan idenya karena ia takut akan membuat dirinya benar-benar cinta pada gadis yang ditabraknya minggu lalu atau dia akan member harapan kosong pada Billa. Ia nggak bisa melihat seseorang, apalagi cewek, menangis di hadannya, apalagi karena ulahnya. Akhirnya terpikir kalau dia harus memberitahukan rencananya pada Billa dulu sebelum melakukan rencana konyolnya. Tapi gimana dia bisa dapatkan informasi tentang Billa? Tapi Bisma nggak melakukan apa-apa karena ia menancapkan motto “semua pasti ada jalannya” di otaknya. Selama beberapa hari ia membuka internet di sela-sela pekerjaannya sebagai penyanyi sebuah boyband, akhirnya ditemukannya sebuah nama beserta fotonya yang sama persis dengan orang yang sedang dicarinya. Billa. Sebuah blog yang mengalirkan cerita-cerita konyol dalam kehidupan sehari-hari tertulis dalam blog itu. Ada emailnya, piker Bisma, dan mengalirlah ‘rencana’ itu. ∞∞∞ Bisma menggandeng seorang cewek bertubuh pendek dengan mesra. Sontak teman-teman di basecamp menoleh dengan kaget, tak percaya dengan apa yang ada di depan mata mereka. Bisma dan Billa? Mereka hanya geleng-geleng kepala pura-pura nggak peduli, padahal saat Bisma nggak ada di dekat mereka, pasangan ‘kekasih’ itu mereka bicarakan. Bisma tahu hal itu, tapi mereka nggak tahu kalau Bisma tahu bahwa mereka ngomongin dia dan Billa. Semua berjalan begitu saja selama beberapa minggu, bahkan samua orang telah tahu berita bahwa Bisma telah berpacaran dengan seorang cewek pendek dengan selera fashion yang sangat buruk. Banyak yang patah hati karena saking cintanya pada Bisma. Sayang, Bisma nggak ambil pusing dengan urusan para cewek yang ribetnya nggak keruan. Tiga bulan kemudian Bisma dan Billa telah meneruskan jalannya sendiri. Billa pindah ke Sidney, sedangkan Bisma tetap tinggal di Indonesia. Kontak pun nggak berlanjut. Teman-teman Bisma yang secara diam-diam mengecek ponsel Bisma setiap hari pun merasa aneh, tapi nggak tau apa yang harus dilakukan karena itu memang bukan urusan mereka. Tapi Dicky yang polos bertanya kebenarannya pada Bisma di depan semua member SM*SH ketika sedang santai. “Kak Bisma udah putus sama Kak Billa, ya?” “Emangnya sejak kapan gue jadian sama dia?” Bisma balik bertanya pada Dicky yang kebingungan. Semua orang di ruangan itu memasang wajah bingung yang kentara. “Jadi,” kata Rangga ragu,”Lo mainin tuh, cewek?” Ia berpaling dapi HP nya dan memandang sohibnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Bisma hanya menggeleng sambil terus memainkan I-PODnya. Earphonenya hanya satu yang dipasang di telinganya. “Udah deh, Bis, lo bilang aja yang bener ma kita,” kata Morga menimbrung, ia memang ingin tau kelanjutan hubungan Bisma dan Billa yang makin hari makin aneh. “Kita nggak bakalan ngejek lo lagi deh.” “Oh, ya, gue akan bilang yang sejujurnya.” Bisma menarik napas perlahan dan memandang teman-temannya dengan wajah berseri seri. “Gue jadian sama Billa!” teriaknya. Semua cowok di ruangan itu melotot padanya. Aduh, Bisma ini makin aneh aja! “Heh, selesaiin permainan lo, deh! Bikin nggak jelas aja tau nggak?” Rangga mulai sewot. Ia sebal kalau Bisma udah memulai permainannya yang menjengkelkan dan sangat nggak bisa dimengerti. Seperti terjebak di sebuah labirin berbentuk segi lima yang belokannya begitu banyak. “Jadi,” Bisma berhenti selama dua detik untuk mendramatisir efek ceritanya,” kemaren-kemaren gue itu nggak jadian sama tuh cewek, tapi Cuma mainin kalian semua. Gue sebel sama kalian yang selalu mainin gue tiap pagi. Makanya gue pura-pura pacaran sama Billa, tapi…” Bisma berjalan ke kamar mandi dan nggak kembali lagi karena dia pulang ke rumahnya dan langsung tertidur pulas. Tanpa disadarinya, anak-anak SM*SH mengSMSnya dengan kata-kata yang mirip. Heh, terusin nggak, kalo nggak gue bunuh lo, besok! Yah, kira-kira begitulah isi SMS mereka. Tapi Bisma nggak ambil pusing ketika membacanya, bahkan ketika bertemu teman-temannya, dia diam saja karena jadwal manggung mereka begitu padat. Dan, di waktu senggang, Bisma nggak ikut ngumpul sama yang lainnya, alias ngabur! Maka, cerita tentang kelanjutan hubungan Bisma dan Billa menggantung, dan hanya Bisma dan Billa lah yang tau kelengkapannya.

Tidak ada komentar: